Sabtu, 18 Februari 2017

Safety Health & Environment


Salah satu clause di OSHAS 4.3.1 

HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment & Risk Control) adalah Mengenali bahaya kemudian menilai resiko dan dampak kemudian mengendalikan bahaya dengan hirarki pengendalian.

HI (Hazard Indentification ) - Mengidentifikasi bahaya - Bahaya Fisik
                                                                             - Bahaya Biologi
                                                                             - Bahaya Kimia
                                                                             - Bahaya Ergonomi
                                                                             - Bahaya Psikologis
Risk Assesment (Penilaian Resiko) - Terdapat 2 komponen yang mempengaruhi severity & Likelihood
Severity skala 1-5 semakin tinggi angkanya maka keparahan akan semakin tinggi
Likelihood skala 1-5 (Tingkat Kejadian) semakin tinggi angka maka akan sering terjadi potensi kecelakaan kerja
Tingkat Resiko =  Likelihood x Severity
contoh Bahaya A = 1 x 2 maka hasilnya adalah  Low (1x2) 
Semakin tinggi tingkat Bahaya & Resiko maka perlu dilakukan prioritas 

Minggu, 15 November 2015

Awareness oshas 18001 versi 2007

Oshas 18001 (occuptional safety health assessment series)
Plan Do Check Action
Plan (Perencanaan)
4.2.1 hse police (kebijakan tentang K3)
4.3.1 indentifikasi bahaya dan resiko K3
4.3.2 indentifikasi perundangan K3
4.3.3 OTP (objectif Target dan Program
Do
4.4.1 human resourches
4.4.1 training,awareness
4.4.3 komunikasi partisipasi dan konsultasi
4.4.4 dokumen
4.4.5 pengendalian dokumen
4.4.6 pengendalian operasional
4.4.7 pengendalian tanggap darurat
Check
4.5.1 pemantauan dan pengukuran
4.5.2 kepatuhan terhadap peraturan perundangan
4.5.3 investigasi incident dan tindakan perbaikan
4.5.4 pengendalian catatan
4.5.5 internal audit
Action
4.6 management review (kajian manajement)

Sabtu, 16 Juni 2012

Solutions to environmental impacts of concrete with new ISO standard


Solutions to environmental impacts of concrete with new ISO standard

Sebuah standar ISO yang baru akan membantu industri konstruksi lebih baik mengelola dampak lingkungan dari beton.
Beton banyak digunakan untuk membangun infrastruktur seperti bangunan, jembatan, bendungan dan terowongan, dan konsumsi sebagai sumber daya adalah yang terbesar kedua di planet ini setelah air, dengan potensi dampak negatif yang kuat terhadap lingkungan.
ISO 13315-1:2012, manajemen lingkungan untuk struktur beton dan beton - Bagian 1: Prinsip Umum, bertujuan untuk memberikan aturan dasar tentang pengelolaan lingkungan untuk struktur beton dan beton. Ini akan membantu pemilik, desainer, produsen, konstruktor, pengguna, lembaga sertifikasi, dan pengembang standar lingkungan.
Standar ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan berkelanjutan dari dampak lingkungan yang dihasilkan dari beton yang berhubungan dengan kegiatan. Ini memastikan konsistensi dengan seri ISO 14000 tentang manajemen lingkungan.
ISO 13315-1:2012 mencakup efek sekunder dari produksi beton dan struktur beton yang mengkonsumsi sejumlah besar sumber daya, seperti air, semen energi, dan baja dan memancarkan sejumlah besar CO2 dalam proses produksinya.
Standar ini menyediakan kerangka kerja dan aturan dasar tentang manajemen lingkungan yang berkaitan dengan struktur beton dan beton. Ini termasuk penilaian dampak lingkungan dan metode pelaksanaan perbaikan lingkungan. Ini untuk seluruh siklus hidup dari struktur beton, termasuk:
Desain, produksi, daur ulang dan pembuangan betonBangunan, penggunaan dan pembongkaran. Prof Koji Sakai, Ketua ISO / TC 71/SC8, komentar: "Hari ini, konsep keberlanjutan diperlukan dalam setiap aspek kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya. ISO 13315-1 akan membantu industri konstruksi menjawab kebutuhan keberlanjutan dan akan memberikan dukungan yang kuat pada semua fase siklus hidup struktur beton. "

7 Aturan Penting dalam Membuat Media Komunikasi Safety Visual yang Efektif



Apakah Kampanye K3 dengan media komunikasi visul di perusahaan Anda sudah dirasa efektif ? Media visual berupa safety poster, banner, dan media grafis lainnya sering kita gunakan sebagai media dalam kampanye K3 yang kita lakukan.  Perusahaan bisa saja membuat media komunikasi visual sendiri atau dengan menggunakan jasa perusahaan penyedia media komunikasi K3. Namun berikut ini adalah 7 Aturan Penting dalam Membuat atau Memilih Media Komunikasi Safety Visual yang Efektif sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepedulian karyawan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :

1.      Headline Cantik. Pakar periklanan sekaliber Ogivly sudah mengingatkan tentang pentingnya headline untuk menarik para pembaca/ audiens. Silahkan belajar pola bahasa headline yang cantik pada koran/ majalah yang judul/ headlinenya menarik dan berhasil membuat Anda membelinya.
2.      Bahasa Positif.  Dalam teori Alam Bawah Sadar, pikiran kita selalu menangkap kata secara utuh tanpa menyaring kata negatif seperti “tidak”, “jangan”, dsb.  Sehingga lebih baik menggunakan tag line  “Pakai Full Body Harness agar tetap selamat selama bekerja di ketinggian” daripada kata “ Jangan lalai & sampai terjatuh ketika bekerja di keti nggian”.
3.      KISS. Istilah KISS yang merupakan singkatan dari “Keep It Stupid Simple”, adalah prinsip dalam komunikasi agar pesan yang disampaikan cukup sederhana, dan mudah dimengerti oleh semua kalangan. Kita juga bisa belajar mengefisensikan kalimat seperti ketika sedang nge tweet di twitter yang hanya memuat 140 karakter.
4.      Kejutan. Silahkan Anda amati slogan yang berpola kejutan/ saling bertentangan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain ini : “Hug your kids at home, but belt them in the car” . (Peluk erat anakmu ketika berada dirumah, namun kencangkan sabuk pengaman mereka ketika berada di dalam mobil).
5.      Visual  yang Kuat. Gambar yang menarik memperkuat pesan teks sehingga audiens mudah mengingat pesan tersebut.  Dalam  Picture Superiority Effect (PSE),  disebutkan bahwa setelah 72 jam kemudian orang hanya akan mengingat 10 % dari pesan yang disampaikan dalam bentuk teks tanpa gambar. Dan untuk pesan yang hanya dalam bentuk gambar, ingatan orang akan pesan tersebut meningkat jadi 35 %. Dan hebatnya, jika pesan mengandung teks dan juga gambar yang menarik , ingatan orang akan pesan tersebut meningkat lebih tinggi hingga 65%.
6.      Metafora. Dalam buku Made to Stick, karya Chip and Dan Heath, membuat metafora (perbandingan 1 hal dengan hal serupa) dalam pesan safety dapat  menjadikan pesan yang disampaikan melekat kuat dalam pikiran orang. Contohnya: “Safety seperti kebutuhan bernafas. Kita tidak bisa hidup tanpanya”
7.      Bermain Kata. Permainan rima dan kata dalam membuat pesan safety menjadi mudah diingat. Contohnya: “Know safety, no injury.  No safety, know injury” , dan “Kerja dengan Selamat, bikin Waktu Pulang jadi Makin Cepat”.
Semoga informasi ini dapat menginspirasi para rekan Pro Safety.

Salam Safety
Sumber: Lorco.co.id

Triangle Fire: Tragedi yang memicu reformasi Keselamatan Kerja


Posted on 30 March 2011 by admin
100 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 25 Maret 1911, api membakar sebuah gedung milik perusahaan bernama Triangle Shirtwaist Co. di kota New York. Tercatat ada 146 pekerja yang meninggal dalam tragedi yang memicu perubahan besar terhadap kebijakan Keselamatan Kerja, tidak hanya di AS tapi juga di seluruh dunia. Bagaimana peristiwa tersebut dapat mengubah situasi dunia Keselamatan Kerja?

Kecelakaan kerja akibat kelalaian
Kebakaran di gedung tempat produksi garmen itu berawal dari kain yang terbakar. Api pun menyebar dengan cepat dan mengurung para karyawan (kebanyakan wanita) di lantai sembilan. 40 pekerja akhirnya nekat melompat dari jendela dan nahasnya para penyelamat gagal menangkap tubuh para korban dengan selimut yang mereka siapkan. Keadaan semakin memprihatinkan karena pintu keluar dikunci oleh pemilik perusahaan dengan alasan untuk mencegah pencurian. Sebenarnya ada pintu lain yang tidak terkunci, tapi hanya bisa dibuka dari dalam sehingga tidak dapat digunakan dalam kondisi sangat panik seperti itu. Tidak ada pilihan lain, mereka hanya punya satu tangga darurat dan 27 ember air untuk menyelamatkan diri dari kematian. Petugas pemadam kebakaran yang datang dalam waktu cepat pun tidak banyak berguna, karena api memusnahkan gedung hanya dalam waktu setengah jam saja. Akibatnya, 100 pekerja terbakar hidup-hidup di dalam gedung.

Reformasi kebijakan Keselamatan Kerja
Musibah kebakaran akibat kelalaian dalam keselamatan kerja itu segera memicu gerakan untuk segera mereformasi kebijakan Keselamatan Kerja. Diawali oleh Asosiasi Wanita Pekerja Garmen Internasional menghadirkan 100.000 peserta pada upacara pemakaman. Pemerintah Kota New York pun segera membentuk Komisi Investigasi Pabrik dan memantau 3.385 perusahaan untuk mengetahui bagaimana standard keselamatan kerja yang telah diterapkan. Tercatat ada 36 undang-undang baru untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Kebijakan tersebut segera diterapkan di beberapa negara bagian lainnya dan mendorong pembentukan American Society of Safety Engineers (ASSE), 6 bulan kemudian.

Bagaimana dengan lingkungan kerja Anda? 
Kesadaran bersama untuk menerapkan standard Keselamatan Kerja di dunia kerja ternyata harus ditebus dengan tragedi yang mengorbankan 146 nyawa pekerja. Jika saat ini Anda masih belum peduli dengan standard Keselamatan Kerja di lingkungan kerja masing-masing, pertanyaan yang harus Anda jawab ialah “Perlukah terjadi tragedi yang dapat meyakinkan Anda untuk segera memulainya?”

diolah dari berbagai sumber
ditulis untuk http://lorco.co.id/

Safety instruction


Safety Sign


Safety Sign/ Rambu Keselamatan/ Rambu K3 adalah sebuah media visual berupa gambar piktogram untuk ditempatkan di area pabrik yang memuat pesan-pesan agar setiap karyawan selalu memperhatikan aspek-aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

Cara mendesain safety sign dengan benar
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat safety sign adalah :
1. Kenali potensi bahaya atau informasi yang akan disampaikan melalui safety sign yang akan dibuat.
2. Pastikan standar yang akan digunakan untuk membuat safety sign, apakah ANSI, BSI, ISO, atau yang lainnya.
3. Cari gambar pictogram yang sesuai dengan bahaya atau informasi yang akan disampaikan.
4. Tentukan jarak baca aman minimum untuk menentukan tinggi huruf yang akan digunakan. Setelah tinggi huruf diketahui maka ukuran safety sign bisa ditentukan.
5. Buat Sign sesuai dengan data-data yang sudah diperoleh diatas.

Jarak baca aman minimum dan tinggi huruf safety sign
Dalam memasang safety sign di area kerja, selain harus memperhatikan warna, jenis pictogram, dan jenis huruf yang digunakan, ada hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan, yaitu keterbacaan safety sign. Alangkah sia-sianya jika kita sudah membuat safety sign sesuai dengan standar yang berlaku tapi tidak dapat terbaca dengan baik.
 Keterbacaan safety sign berhubungan dengan dua hal, yaitu : jarak baca aman minimum dan tinggi huruf yang digunakan. Jarak baca aman minimum adalah jarak terdekat yang memungkinkan seseorang membaca peringatan yang terdapat pada safety sign dan masih punya waktu untuk menghindari bahaya tersebut. Sedangkan untuk tinggi huruf yang digunakan, karena huruf memakai besaran point, maka harus dilakukan konversi dari point ke mm, dimana diperoleh bahwa : 1 mm = 3.9 point.
 
Berikut adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara jarak baca aman minimum dengan tinggi dan ukuran huruf yang digunakan pada safety sign.

Jarak baca aman
minimum (m)
Tinggi huruf (cm)
Ukuran Huruf ( Point )
< 1,2
0,4
16
1,8
0,6
23
2,4
0,8
31
3,0
1,0
39
4,6
1,5
58
6,1
2,0
78
9,1
3,0
117
12,2
4,1
160
18,3 
6,1
238
24,4
8,1
316
30.5
10,2
398
38,1
12,7
495
45,7
15,2
539
61
20,3
792






















Pemilihan Header untuk Safety Sign dengan Standar ANSI
    Safety sign yang  menggunakan standar ANSI wajib menggunakan header untuk menentukan tingkat bahaya atau jenis informasi yang akan disampaikan pada safety sign tersebut. Header yang digunakan dalam sign ANSI ada lima jenis, yaitu : Danger, Warning, Caution, Notice dan Safety First. Masing-masing header menggunakan warna yang berbeda, yaitu : danger – background merah ; tulisan putih, warning – background orange ; tulisan hitam, caution – background kuning;tulisan hitam, notice – background biru ; tulisan putih, dan safety first – background hijau;tulisan putih.    Untuk bahaya yang mengancam property perusahaan, digunakan header caution tanpa tanda seru.



Kapan Sebaiknya kita menggunakan Sign Bilingual ?

Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan, Meskipun tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini, kami menganjurkan untuk menggunakan sign bilingual jika perusahaan anda memakai jasa tenaga kerja asing, hal ini dimaksudkan agar semua karyawan atau staff baik pribumi maupun asing lebih memahami maksud dari safety sign yang anda buat.
 

2007 Exposure Limits for Air Contaminants

2007 Exposure Limits for Air Contaminants

jurnal ergonomi


Applying ergonomics to underground coal mining equipment

Program Asosiasi Riset Batubara Australia (ACARP Proyek C14016 Mengurangi risiko cedera yang terkait dengan peralatan penambangan batubara bawah tanah) untuk mengetahui cara mengurangi cedera pada pekerja  yang terkait dengan peralatan di perusahaan bawah tanah dan kemudian hasil dari penelitian tersebut yaitu Buku Panduan untuk Pengendalian Risiko Cedera Terkait dengan Peralatan Pertambangan batubara bawah tanah dan juga sekaligus memberikan motivasi produsen dan arah untuk perbaikan ke depan dalam desain peralatan.
Equipment Related Issues and Controls in the USA Underground Mining Industry

Tingkat kehilangan waktu akibat cedera di Amerika dalam 10 tahun terakhir menurun,  pertambangan batubara bawah tanah tetap menjadi industri berbahaya (www.cdc.gov / NIOSH / pertambangan / stats). Bahaya yang timbul karena beberapa faktor diantaranya salah satu adalah mesin yang yang ada di pertambangan misalnya mesin perbautan, LDH, dan SC ( mesin antar jemput) dan factor lainnya misalnya batu jatuh , jalan kasar saat mengemudi atau melakukan perjalanan di LHD, antar-jemput mobil dan kendaraan personil ,tabrakan saat mengemudi LHD, mobil antar-jemput & kendaraan personil, kesalahan pengoperasian kontrol perbautan, dan  penanganan kabel penambang. (NIOSH) Pittsburgh Research Laboratory (PRL), melakukan penelitian untuk mengurangi cedera, kematian dan penyakit dalam industri pertambangan tujuannya untuk mempelajari akar permasalahan dan solusi terhadap bahaya pertambangan.
Rock falling from supported roof

Dari data yang telah diterbitkan beberapa sumber terjadi pernurunan kecelakaan yang terjadi akibat batubara jatuh ini karena mengadopsi penggunaan screen yang dilakukan oleh pertambangan bawah tanah Di Amerika dan ini terbukti efektif untuk penanganan yang timbul saat pemasangan layar yaitu cedera muskuloskeletal serta potensi paparan  terkena  batu jatuh ketika mengatur layar. Dalam upaya untuk mendorong tambang untuk meningkatkan penggunaan layar, sebuah penelitian untuk memahami persyaratan fisik dan biaya waktu dilakukan untuk transportasi dan proses instalasi  layar dari rel ganda dipasang ke atap mesin, perbautan diuji untuk menentukan efektivitasnya dalam mengurangi upaya fisik dan waktu untuk menginstal. Aktivitas otot, dan analisis gerak ketika menggunakan dua teknik mengangkat yang berbeda (sisi dan overhead) dari dua lokasi yang berbeda dan hasil penelitian menunjukan aktivasi otot kurang diperlukan dan teknik pengangkatan overhead lebih dianjurkan daripada dari sisi samping atau diseret karena penggunaaan tenaga lebih kecil daripada teknik overhead serta penggunaan real ganda secara signifikan mengurangi aktivitas  otot. EMG (Elekmiografi) dilakukan dengan instrumen bernama elektromiograf, untuk menghasilkan rekaman bernama elektromiogram. Elektromiografi mendetekasi potensi listrik yang dihasilkan oleh sel otot ketika otot ini aktif dan ketika sedang beristirahat.

Rough Roads

Kondisi jalan kasar dan berlubang merupakan faktor penyebab cedera punggung leher dan kepala ini  juga disebabkan karena kondisi tempat duduk yang kurang nyaman ketika mobil mengalami goncangan, untuk mengurangi cedera tersebut di rekomendasikan kendaraan bersuspensi serta tempat duduk yang nyaman. Kursi NIOSH dikembangkan dengan dukungan lumbal yang disukai oleh sebagian besar pengguna dan analisis kuantitatif menunjukkan penurunan yang signifikan dalam getaran seluruh tubuh.
Vehicle collisions
Penyebab tabrakan di pertambangan bawah tanah disebabkan oleh beberapa  faktor yang paling utama adalah kurangnya penerangan di bawah tanah (visualisai terbatas) NIOSH PRL telah memberi rekomendasi sistem deteksi untuk mengurangi tabrakan. Sistem ini memperingatkan operator atau pekerja tambang lain ketika mereka dekat dengan peralatan. Sistem medan magnet berbasis bernama Hasard (Hazardous Area Signalling dan Ranging Device) memberikan peringatan jauh. Sebuah mikroprosesor di penerima menentukan kapan alarm lokal harus diaktifkan dan kapan data harus disampaikan melalui radio link jarak pendek untuk menetapkan alarm dan / atau mematikan mesin. Sistem ini telah diterapkan untuk transportasi pertambangan bawah tanah.
Inadvertent or incorrect operation of bolting controls
Bahaya sehubungan dengan pengoperasian kontrol yang salah, Miller dan McLellan mengomentari untuk mendesain ulang mesin roof bolting. Data menunjukan bahwa dari 759 cedera terkait mesin perbautan, 72 terlibat mengoperasikan kontrol yang salah, sementara Helander, Krohn & Curtin menetapkan bahwa 5% dari kecelakaan mesin perbautan disebabkan oleh kesalahan  kontrol aktivasi. Tidak adanya standarisasi  mesin bor dan mesin perbautan menyebabkan kemungkinan terjadi kesalahan  dan kecelakaan pada saat pengoperasian. Untuk itu para ahli merekomendasikan pengoperasian alat dengan cara yang mudah, diberi penutup pada kepala bor, kontrol tambahan, penjagaan ketat pada mesin bor, identifikasi titik pengeboran, kontrol berpusat pada operator, pengeboran otomatis, penyisipan / pengambilan perangkat, standar kontrol layout, dan pra-operasional inspeksi.

Mine Safety and Health Administration (MSHA) tahun 2004 mengungkapkan bahwa kekurangan desain, sebelumnya diidentifikasi sebagai peningkatan kemungkinan operasi tidak benar saat mengontrol perbautan,. Kontrol mesin saat beroperasi membutuhkan penjagaan untuk mencegah operasi tidak benar. Perbaikan desain mesin perbautan diperlukan untuk menjaga titik penjepit dan memberikan Interlocks untuk mengurangi kemungkinan dan konsekuensi operasi kontrol tidak benar disengaja atau tidak disengaja sementara operator atau orang lain yang berada di lokasi berbahaya. NIOSH dan University of Queensland bersama dengan ACARP (Australia Batubara Asosiasi Program Penelitian) bekerja sama dengan produsen mesin perbautan akan melakukan penelitian tentang kesalahan pengoperasian pada mesin perbautan.
Cable Hendling
Ada beberapa fator  yang mempengaruhi peningkatan cedera pada penanganan kabel yaitu pekerja penambang  sedikit dan peningkatan usia rata-rata penambang. Tingkat keparahan cedera yang berhubungan dengan penanganan dari tegangan bahu relatif kecil sampai  cedera punggung serius. Sementara sifat kumulatif penanganan kabel secara manual dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal oleh karena itu harus diganti dengan sistem secara otomatis. Sistem Monorail  adalah salah satu cara penangan kabel  dengan serangkaian unit di seluruh sistem, yang menyediakan sarana terpadu manajemen kabel yang dapat mengganti sistem secara manual.
Summary
Data tahun 2004, NIOSH saat ini sedang menangani isu yang terkait dengan jatuh kecil batu melalui penelitian Layar dan pemasangan rel ganda; jalan kasar melalui studi getaran seluruh tubuh, dan mobil antar-jemput desain kursi baru, dan tabrakan dengan mesin melalui penelitian sistem Hasard. Penelitian selanjutnya termasuk operasi sengaja dan tidak benar dari kontrol perbautan melalui studi bersama dengan Universitas Queensland. NIOSH akan terus mempelajari masalah ini dan lainnya yang berhubungan dengan keamanan dan faktor manusia dari desain mesin untuk mengurangi cedera jenis akut dan kumulatif. Dalam upaya ini yang yang direncanakan untuk tahun 2007, NIOSH berencana untuk memberikan produsen peralatan asli dengan pelatihan dan pendidikan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip faktor manusia ke dalam desain.

Minggu, 25 Maret 2012

Muster Point


Muster Point (Assembly Point)
Di Perusahaan ataupun di gedung-gedung  kita sering menjumpai jumpai papan pengumuman yang dipasang ditembok dengan ciri khas biasanya berwarna dasar hijau dengan tulisan muster point (variasinya gambar lingkaran, gambar orang berpegangan tangan, lambang beberapa panah menuju satu titik dll) seperti berikut:


Maksud dari papan simbol ini yakni sebagai area berkumpul jika terjadi suatu keadaan daruratan misalnya terjadi kebakaran. Ada empat klasifikasi bahaya, mengancam jiwa, mengancam kesehatan, menngancam properti, atau mengancam lingkungan. Kondisi darurat di sini lebih tepatnya yang mengancam jiwa.
Muster Point ini juga tidak sembarangan menentukan letaknya. Jadi ada beberapa pertimbangan, secara umum: berjarak cukup jauh dan aman dari jatuhan dan bahaya lainnya,  lokasinya memiliki akses menuju tempat yang lebih aman serta tidak menghalangi kendaraan penanggulang keadaan bahaya, dan langsung menuju space yang terbuka serta terhindar dari kemungkinan adanya bahaya lain, diuji secara periodik dengan situasi aktual, namun dilengkapi dengan perhitungan empiris.
Muster point juga menyediakan space 30 cm2 buat satu orang (tanpa melihat ukuran gendut/kurusnya) dan dengan tinggi 2 m (minimum) atau lebih tinggi. Ini dikalikan jumlah orang yang mampu ditampung dalam muster point tersebut sehingga didapat jumlah luas minimal assembly/ muster point yang dibutuhkan. Beberapa bangunan instansi pemerintahan dan perusahaan swasta ada yang menetapkan space per orang 35-45 cm2.
Jadi suatu waktu misal Anda berada di Bank atau Kantor Pos atau gedung-gedung lainnya yang memiliki muster point, saat terjadi bencana diharapkan tidak dan dapat segera menuju ke muster point untuk evakuasi.Itu merupakan salah satu langkah ERP (emergency respons prosedur)

Safety Health & Environment S alah satu clause di OSHAS 4.3.1  HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment & Risk Control) a...